A. Pengertian Etika Komunikasi
Dalam
kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tentang tata cara
manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati biasa kita kenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler, dan lain-lain.
Tata
cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan
agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan
kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang
berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia secara umum.
Tata
cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan
menentukan nilai baik dan nilai tidak baik, dinamakan etika.
Istilah
etika berasal dari kata ethikus (latin) dan dalam bahasa Yunani disebut ethicos
yang berarti kebiasaan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran baik dan buruk tingkah laku manusia.
Jadi,
etika komunikasi adalah norma, nilai, atau ukuran tingkah laku baik dalam
kegiatan komunikasi di suatu masyarakat.
Beberapa
pendpat para ahli mengenai pengertian etika antara lain sebagai berikut:
a.
Pendapat Drs. D.P. Simorangkir
Etika atau etik adalah pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Etika atau etik adalah pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
b.
Pendapat Drs. Sidi Cjajalba
Etika ialah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi
baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
c.
Pendapat Dr. A. Voemans
Etika
dan etik terdapat hubungan yang erat dengan masalah pendidikan.
B.
Etiket
Istilah
etika dan etiket ada kalanya digunakan untuk pengertian yang sama dalam
kehidupan sehari-hari. Etika lebih luas pengertian dan penggunaannya daripada
etiket.
Istilah
etiket, berasal dari kata etiquette (Perancis), yang berarti kartu
undangan, yang biasa digunakan oleh raja-raja Perancis ketika
menyelenggarakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya istilah etiket tidak
lagi berarti kartu undangan. Etiket artinya lebih menitikberatkan pada
cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara duduk, cara menerima tamu
di rumah/di kantor dan sopan santun lainnya. Etiket ini sering disebut pula tata
krama. Maksudnya kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan
setempat. Tata mempunyai arti adat, aturan, norma, peraturan,
sedangkan krama berarti tindakan, perbuatan. Dengan demikian tata
krama berarti sopan santun, kebiasaan sopan santun atau tata sopan santun.
Kesadaran manusia mengenai baik buruk disebut kesadaran etis atau kesadaran
moral.
Etiket
merupakan sejumlah peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun harus
diketahui, diperhatikan dan ditaati dalam kehidupan bermasyarakat. Etiket juga
berisi sejumlah aturan yang lama mengenai tingkah laku perorangan dalam
masyarakat beradab berupa tata cara formal atau tata krama lahiriah untuk
mengatur hubungan antar pribadi sesuai dengan status sosialnya.
Etiket
didukung oleh nilai-nilai berikut:
a. Nilai-nilai kepentingan umum.
b. Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan
c.
Nilai-nilai kesejahteraan
d. Nilai-nilai kesopanan, harga menghargai
e. Nilai-nilai pertimbangan rasional, mampu membedakan sesuatu yang
bersifat rahasia dan yang bukan rahasia.
C.
Perbedaan antara etika dengan etiket
a.
Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia.
Etiket
menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan
dalamsebuah kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah
perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut
masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b.
Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.
Etika
selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjamharus
dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
c.
Etiket bersifat relatif.
Yang dianggap tidak sopan dalam sebuahkebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
Yang dianggap tidak sopan dalam sebuahkebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
d.
Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang
manusia dari segi dalam.
Penipu misalnya tutur katanyalembut, memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiketnamun munafik sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidakmungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia tidak bersikapetis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
Penipu misalnya tutur katanyalembut, memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiketnamun munafik sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidakmungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia tidak bersikapetis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
D.
Penggolongan Etika
Dalam
menelaah ukuran baik dan buruk suatu tingkah laku yang ada dalam masyarakat
kita bisa melakukan penggolongan etika menjadi dua kategori yaitu:
1.
Etika Deskriptif
Merupakan
usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan pada ketentuan atau norma baik
buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama di dalam masyarakat. Kerangka etika
ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada di dalam masyarakat
sebagai acuan etis. Suatu tindakan seseorang disebut etis atau tidak,
tergantung pada kesesuaiannya dengan yang dilakukan kebanyakan orang.
2.
Etika Normatif
Etika
yang berusaha menelaah dan memberikan penilaian suatu tindakan etis atau tidak,
tergantung dengan kesesuaiannya terhadap norma-norma yang sudah dibakukan dalam
suatu masyarakat.
Norma
rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan wujudnya bisa berupa tata tertib,
dan juga kode etik profesi.
E.
Aliran Etika
Menurut
John C. Merill (1975:79-88) menguraikan adanya berbagai aliran etika yang dapat
digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain sebagai berikut:
1.
Aliran Deontologis
Deon
berasal dari bahasa Yunani yaitu “yang harus atau wajib” melakukan penilaian
atas tindakan dengan melihat tindakan itu sendiri, artinya suatu tindakan
secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk. Kriteria etis
ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu sendiri ada tindakan atau perilaku
yang langsung dikategorikan baik, tetapi juga ada perilaku yang langsung
dinilai buruk. Misalnya perbuatan mencuri, memfitnal, mengingkari janji. Adapun
alasannya perbuatan itu tetap dinilai sebagai perbuatan yang tidak etis dengan
demikian ukuran dari tindakan ada didalam tindakan itu sendiri.
2.
Aliran Teologis
Aliran
ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat dari
tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik, dalam arti sesuai dengan norma
moral, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis.
3.
Aliran Etika Egoisme
Aliran
ini menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh oleh pelakunya sendiri.
Artinya, tindakan diketegorikan etis atau baik, apabila menghasilkan yang
terbaik bagi diri sendiri.
4.
Aliran Etika Utilitarisme
Aliran
yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak.
Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dariv kepentingan subyektif
individu, melainkan secara obyektif pada masyarakat umum. Semakin universal
akibat baik dari tindakan itu, maka dipandang semakin etis.
F.
Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi
Berikut
di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia
dalam kehidupan sehari-hari :
1.
Jujur tidak berbohong
2.
Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3.
Lapang dada dalam berkomunikasi
4.
Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5.
Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6.
Tidak mudah emosi / emosional
7.
Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8.
Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9.
Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10.
Bertingkahlaku yang baik
G.
Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik
1.
Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan.
2. Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara.
3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut.
4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum.
5. Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar.
6.
Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara.
7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon.
8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara.
9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi.
10. Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan
karakteristik lawan bicara.
11.
Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12.
Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti
berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium
pipi kiri)
H.
Etika – Etika Yang Lazimnya Ada Dalam Masyarakat Indonesia
1.
Membuka Pintu Komunikasi
Hubungan
antar manusia didalam masyarakat dibina atas dasar hal-hal kecil yang
mengakrabkan persahabatan yang terbit dari kata hati yang tulus ikhlas. Etika
menyimpan segudang pemikat untuk menyatakan perhatian kepada orang lain
sekaligus untuk dapat membuka pintu komunikasi. Jadilah seseorang yang apabila
ada kesempatan untuk membuka pintu komunikasi, maka lakukanlah. Sebabb hal
tersebut mudah untuk dilakukan selama seseorang memilki kemauan dan keikhlasan.
Berikut ini contoh
membuka pintu komunikasi yang lazimnya dilakukan :
a. Lambaikan tangan
b. Senyum yang tulus dan simpatik
c. Ucapkan kata sapaan : Hei! Hallo! Selamat Pagi, Assalamu’alaikum,dll.
d. Cobalah mengajak berjabat tangan. Kebiasaan ini sudah cukup lazim di masyarakat kita. Cara berjabat tanganpun bervariasi. Ada yang berjabat tangan sambil menepuk bahu. Di Jepang pada umumnya orang yang berkenalan atau berjumpa tidak saling berjabat tangan, rmemeluk dan menempelkan pipi atau saling mencium. Ada yang saling merapatkan tangan tangan dan menaruhnya di dada. Ada yang saling menyentuhkan ujung jari kemudian menariknya ke arah hidung dan sebagainya. Ada banyak kebiasaan, tetapi tujuannya sama, membuka komunikasi.
e. Tanyakan keadaannya ; apa kabar ? Berapa anakmu? Sehat bukan?
f. Mintalah maaf dan permisi ; Maaf nama saya Agus, siapa nama anda ? Bolehkah aku tahu alamatmu?
g. Ucapkan terimakasih.
a. Lambaikan tangan
b. Senyum yang tulus dan simpatik
c. Ucapkan kata sapaan : Hei! Hallo! Selamat Pagi, Assalamu’alaikum,dll.
d. Cobalah mengajak berjabat tangan. Kebiasaan ini sudah cukup lazim di masyarakat kita. Cara berjabat tanganpun bervariasi. Ada yang berjabat tangan sambil menepuk bahu. Di Jepang pada umumnya orang yang berkenalan atau berjumpa tidak saling berjabat tangan, rmemeluk dan menempelkan pipi atau saling mencium. Ada yang saling merapatkan tangan tangan dan menaruhnya di dada. Ada yang saling menyentuhkan ujung jari kemudian menariknya ke arah hidung dan sebagainya. Ada banyak kebiasaan, tetapi tujuannya sama, membuka komunikasi.
e. Tanyakan keadaannya ; apa kabar ? Berapa anakmu? Sehat bukan?
f. Mintalah maaf dan permisi ; Maaf nama saya Agus, siapa nama anda ? Bolehkah aku tahu alamatmu?
g. Ucapkan terimakasih.
Demikianlah,
ada berbagai cara untuk mengawali komunikasi. Memang kelihatannya sepele,
tetapi manfaatnya sungguh sangat besar. Kita akan mendapat penilaian yang baik
dari orang lain dalam kantor kita.
2. Etika
Komunikasi Tetap Muka
Komunikasi
tatap muka, berarti mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam proses
komunikasi. Norma etika mesti kita perhatikan, karena apabila kita melakukan
kesalahan meskipun tidak disengaja, sangat mungkin menyebabkan orang lain sakit
hati. Pepatah kita mengatakan, “berkata peliharalah lidah.” Hati-hatilah dalam
berbicara dengan siapapun, terutama dengan orang yang lebih senior, agar tidak
mendatangkan akibat kurang menyenangkan di kemudian hari. Memang lidah tidah
bertulang. Sekali terlontar kata-kata yang tidak berkenaan bagi orang lain,
dengan apa kita menangkapnya kembali? Baiklah, disini di sampaikan beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika kita berkomunikasi secara tatap muka :
a.
Waktu berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan
pembicaraan dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan hendaklah
tidak terlalu banyak, dan janganlah menggunakan telunjuk untuk menunjuk lawan
bicara.
b.
Janganlah kita bicarakan sesuatu yang ingin dilupakan orang lain.
c.
Janganlah mempergunjingkan orang lain.
d.
Janganlah memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan orang lain,
dan jangan memotong pembicaraan orang lain.
e.
Hendaklah kita berdiam dan memperhatikan ketika kita pimpinan atau atasan
sedang berbicara.
f.
Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan orang yang
kita ajak bicara, dalam arti tidak terlalu dekat agar lawan bicara tidak
terganggu dengan bau mulut.
g. Suara hendaklah disesuaikan, jangan terlalu keras.
h. Kalau hendak batuk, bersin, atau menguap, hendaklah mulut ditutup dengan
tangan.
i.
Kalau pembicaraan selesai hendaklah mengucapkan terimakasih.
3. Etika
Berkomunikasi dengan Media Telepon
Dewasa
ini telepon, baik telepon kabel maupun seluler sudah menjadi media komunikasi
yang sangat diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian informasi.
Jika cara menelepon maupun menerima telepon tidak mengikuti tata karma maka
nama baik diri kita atau perkantoran kita akan dinilai kurang baik. Oleh karena
itu sejumlah perinsip etika berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami
dan dilaksanakan. Menelepon pada hakikatnya sama dengan bertamu ke rumah orang
lain, dan menerima telepon sama dengan menerima tamu. Apabila hendak menelepon
hendaklah mempertimbangakan waktu yang tepat, jangan menelepon pada saat orang
sedang istirahat (malam hari), atau sedang jam makan, kecuali pesan yang hendak
kita sampaikan benar-benar sangat penting dan tidak bisa ditunda. Beberapa
perinsip di bawah ini perlu diperhatikan.
a.
Berbicaralah dengan tenang, jelas, dan langsung ke sasaran ( to the point).
b.
Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara.
c.
Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita, berilah
isyarat secara halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara.
d.
Siapkanlah kertas dan pensil untuk mencatat seperlunya.
e.
Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terimakasih.
f.
Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon.
g.
Kalau telepon di kantor kita bordering, segera kita angkat gagang pesawat
karena dering telepon akan mengganggu ketenangan dan menandakan kurangnya
perhatian.
h.
Kalau kita menerima telepon sebaiknya langsung menyebutkan instansi atau
perkantoran kita agar segera diketahui betul tidaknya sambungan/
i.
Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi etika, ialah
dengan membayangkan seolah-olah lawan berbicara bertatap muka dengan kita.
4.
Etika Menyambut Tamu
Ada
berbagai cara yang ditunjukkan oleh sebuah perkantoran untuk menunjukkan tindakan
menghormat tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan baik, akan
berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap perkantoran itu. Dengan demikian,
cara menyambut tamu perkantoran akan mempengaruhi citra perkantoran. Ada
berbagai cara unik yang dilakukan oleh perkantoran dalam menyambut tamu, antara
lain :
a.
Menjemput tamunya di bandara, atau di tempat kedatangan lainnya.
b.
Menyediakan akomodasi dan transportasi.
c.
Berjabat tangan dan/atau saling memeluk.
d.
Mengalungkan bunga kepada tamu.
e.
Mengadakan jamuan penghormatan disertai toast atau angkat gelas.
f.
Mengkomunikasikan dam memgkompromikan jadwal acara.
Demikian
cukup banyak alternative untuk menyambut dan menghormati tamu kantor. Kita
mesti berkeyakinan bahwa ketika kantor kita menghormati tamu, maka para tamu
pun akan menghormati kantor kita.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar